Wanita dalam Pandangan Orang Yunani (Masa Jahiliyah)

By | 04/29/2013
wanita yunani

Menurut orang Yunani, wanita bisa diperjualbelikan. Jadi, wanita itu dalam pandangan mereka tak ubahnya barang yang bisa diperdagangkan. Mereka tidak menganggap wanita sebagai manusia yang harus dihormati.

Di samping itu, wanita ada di bawah kekuasaan suami. Apapun keinginan suami harus dituruti, termasuk diperjual belikan sebagai wanita penghibur. Selain itu, kaum wanita dalam pandangan mereka tidak punya hak sipil dan hak waris.

Wanita dalam Pandangan Orang Yunani

Bangsa ini terkenal memiliki peradaban dan kebudayaan yang maju pada masanya. Sayangnya, sejumlah fakta mengungkap bahwa wanita pada sistem kemasyarakatan bangsa Yunani, tak memiliki tempat yang layak. Bahkan kaum lelaki saat itu mempercayai bahwa wanita merupakan sumber penyakit dan bencana.

Sehingga mereka memosisikan wanita sebagai makhluk yang rendah. Ini bisa dilihat ketika para lelaki menerima tamu, para wanita saat itu hanya dijadikan pelayan dan budak semata. Bahkan, wanita tak boleh disejajarkan dalam satu meja makan dengan kaum pria.

Beberapa perubahan yang terjadi seiring berjalannya waktu, tak banyak memberikan keuntungan bagi wanita. Nafsu syahwat dijadikan dasar diberikannya kebebasan bagi kaum perempuan.
Atau dalam kata lain, kebebasan yang diberikan hanya sebatas kebebasan seksual semata. Maka tak heran bila pada zaman itu, banyak wanita yang menjadi pelacur.
Wanita pezina saat itu justru dianggap memiliki kedudukan yang tinggi. Para pemimpin Yunani berlomba-lomba untuk mendapatkan dan mendekati mereka. Wanita saat itu, dipandang hanya sebagai komoditas yang bisa dikuasai oleh siapapun.
Lelaki boleh memiliki dan menguasai perempuan tanpa melalui ikatan pernikahan yang suci. Kerendahan sikap masyarakat Yunani hingga merekayasa cerita yang bernuansa seksual. Salah satu kisah yang berkembang adalah cerita tentang Dewa Asmara Cupid yang merupakan hasil hubungan gelap Dewi Aphrodite dengan salah seorang manusia.
Padahal, sang dewi merupakan istri dari salah satu dewa. Dari cerita seperti inilah, masyarakat Yunani tak lagi peduli dan mengindahkan norma pernikahan.
Dimata orang-orang Yunani, wanita sangat dilecehkan dan dihinakan. Mereka menganggap bahwa wanita adalah kotoran dan hasil perbuatan syetan.
Bagi mereka,wanita sama rendahnya dengan barang dagangan yang bisa diperjual-belikan dipasar-pasar. Wanita boleh dirampas haknya, tidak perlu mendapatkan warisan dan sama sekali tidak berhak untuk menggunakan hartanya sendiri.
Wanita dalam pandangan masyarakat Yunani hanyalah barang yang diperjual belikan dengan  bebas, dan seenaknya, tanpa memiliki hak sedikitpun.
Mereka pun tidak diperbolehkan untuk mendapatkan warisan ataupun mengelola harta, Socrates berkata;” Keberadaan wanita merupakan sumber utama bagi kehancuran dunia. Wanita ibarat pohon beracun, luarnya tampak indah, namun ketika burung-burung pipit memakannya,mereka akan mati sekitar”.
Bagi bangsa Yunani wanita adalah makhluk yang rendah gunanya hanya untuk menambah keturunan dan untuk pengatur rumah tangga. Aristoteles pernah menulis bahwa pusat segala makhluk adalah laki-laki saja (Thahar, 1982:25) dan jika seseorang melahirkan anak wanita dianggap sangat jelek, bagaikan seorang laki-laki yang pincang setengah manusia.
Dalam pandangan Aristoteles ini wanita itu bukan manusia yang sempurna seperti laki-laki, Aristoteles menganggap wanita itu tidak sama dengan laki-laki dalam segala hal.

Plato pernah menulis “saya bersyukur kepada Dewa-dewa karena delapan berkat” dan salah satu berkat yang dimaksud oleh plato adalah karena dia dilahirkan bukan sebagai seorang wanita.

Baca juga: Kisah Sahabat yang Mengharukan

Pada generasi berikutnya terjadi perubahan akibat arus syahwat, perangai kebinatangan dan hawa nafsu, yang menarik mereka untuk memberikan kebebasan kepada kaum wanita dalam urusan yang hanya terbatas pada seks. Sehingga para wanita tak ubahnya seperti pelacur-pelacur.
Akibatnya, kaum wanita sebagai pelacur menempati posisi yang tinggi. Mereka menjadi pusat yang dikelilingi oleh segala aktivitas masyarakat Yunani. Bahkan mereka membuat hikayat-hikayat untuk para pelacur.