5 Efek Samping Penggunaan Botox

By | 04/11/2013

Botox adalah nama dagang dari Botullinum Toxin A yaitu protein murni yang diekstraksi dari bakteri Clostridium Botullinum. Proses pemurnian protein dari bakteri ini sama dengan proses pemurnian protein pada obat antibiotika lainnya. Botox lebih tepat dikatakan obat, bukan kosmetik. Penggunaan botox untuk tujuan pengobatan disetujui FDA Amerika (Food & Drug Administration) pada tahun 1980-an. Saat itu dilaporkan botox terbukti dapat mengatasi kedutan sekitar mata.

Botox adalah racun hasil mikroba clostridium botulinum, yang biasanya ditemukan pada makanan kaleng yang sudah rusak. Pada dosis yang sangat rendah, botox dapat mengendurkan otot yang tegang.  Botox disuntikkan pada bagian yang berkerut sehingga otot menjadi relaks dan tidak berkontraksi. Botox juga bisa berfungsi untuk menahan otot bagian tertentu sehingga alis atau rahang menjadi lebih naik posisinya. Botox juga sering dipakai untuk mengatasi masalah keringat berlebih pada ketiak. Efek botox dapat terlihat dalam 2-3 hari setelah penyuntikan. Di Indonesia, biaya sekali suntik botox masih cukup mahal, sekitar Rp 3-4 juta.

Lima Efek Samping Penggunaan Botox

Suntik Botox dan face lift mungkin sudah tidak asing buat kita terutama para wanita. melakukan suntik botox dan face lift untuk menyempurnakan kecantikan yang dirasa kurang sekarang banyak dilakukan kaum hawa ini tanpa menyadari efek dan resiko dari suntik Botox dan face lift.
Berbahayakah botox itu? Sangat, walaupun untuk kepentingan kosmetik, hanya satu persen yang digunakan untuk disuntikkan ke balik kulit. Beberapa efek samping botox pun sudah pasti mengintai mereka yang rutin menginjeksi zat ini ke wajah. Berikut ini adalah beberapa efek samping akibat melakukan botox :
1. Berpotensi Masuk ke Otak 
Penelitiant terakhir menyebutkan bahwa Botulinum toxin” memutuskan hubungan antara sel-sel saraf dengan merusak protein yang disebut SNAP-25. Gangguan itu melumpuhkan otot yang dikendalikan oleh sel-sel saraf tersebut. Benda yang lumpuh itu memungkinkan para dokter merawat beberapa penyakit seperti “strabismus” (atau mata juling). Operasi plastik juga menggunakan dosis rendah untuk melumpuhkan otot wajah, sehingga garis dan kerutan jadi tak terlihat. Satu tim peneliti Italia meneliti penggunaan potensial lain toksin tersebut: untuk merawat epilepsi.

Namun saat mempelajari dampaknya pada tikus yang menderita epilepsi, mereka menemukan bukti mengenai toksin pada kedua sisi otak hewan itu, sekalipun mereka hanya telah menyuntiknya di satu sisi. Dengan menggunakan dosis yang sesuai dengan yang disarankan pada manusia, para peneliti kemudian menyuntikkan “botulinum” ke dalam mata, dagu, dan otak pada tikus normal. Mereka melacak toksin itu –SNAP-25 yang tergantung– untuk melihat di mana dan bagaimana zat tersebut bergerak melewati sistem saraf.

Dalam kasus “botulinum” jenis A, jenis yang digunakan pada Botox, mereka mendapati bahwa rongsokan di sepanjang saraf berasal dari tempat suntikan dan di saraf yang berdekatan. Toksin itu bahkan mencapai bagian pangkal otak. Satu bagian penting toksin itu aktif di tempat yang bukan diperuntukkan baginya. Percobaan itu adalah yang pertama yang memperlihatkan bahwa “botulinum” bergerak.

Namun beberapa ahli menyanggah larena Botox telah digunakan selama lebih dari 25 tahun dengan sangat sedikit komplikasi, kecuali Anda kelebihan dosis. Ia menambahkan bahwa kemampuan toksin itu untuk menyebar mungkin memiliki sisi positif, sehingga memungkinkan dokter mengobati penyakit yang berpusat di otak seperti epilepsi.

2. Reaksi Alergi

Jika Anda alergi terhadap salah satu bahan injeksi Botox, maka efek samping yang paling umum adalah reaksi alergi. Hal ini dapat ditandai dengan gatal, mengi, asma, ruam, bekas merah, dan pusing. Dianjurkan berkonsultasi sesegera mungkin jika Anda memiliki masalah pernapasan atau perasaan pusing.

3. Penumpukan Bakteri

Botox berasal dari bakteri Clostridium Botullinum. Suntikan terus-menerus dalam jangka panjang dapat mengakibatkan penumpukan bakteri Clostridium Botullinum di bawah lapisan kulit.

4. Masalah Urologis

Botox juga digunakan dalam pengobatan kandung kemih terlalu aktif, yang menyebabkan dorongan buang air kecil tak terkendali karena kontraksi otot-otot kandung kemih. Suntikan Botox dapat membantu mengendurkan otot-otot, tetapi juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih.

5. Mengancam Jiwa
Bukti bahaya penggunaan botox kembali terungkap setelah jatuhnya beberapa korban meningggal di Inggris belum lama ini.  Dari 16 orang yang terenggut nyawanya akibat dampak suntikan Botox, empat di antaranya adalah remaja belia berusia belasan tahun. Seperti dilaporkan The Sun, suntikan botox telah merenggut nyawa empat remaja berusia 18 tahunan tersebut. Selain mereka, ada 87 orang lainnya yang menjadi korban, namun masih dapat diselamatkan lewat pertolongan medis di rumah sakit.

Di Inggris sendiri, tercatat sekitar 55.000 suntikan botox diberikan kepada para pasien dengan berbagai keperluan termasuk perawatan wajah supaya terlihat awet muda. Botox sebenarnya berasal dari racun atau bakteria bernama botulinum toxin type A. Sebuah layanan perlindungan konsumen kini telah mendesak pemerintah untuk menarik obat kosmetik berbahaya tersebut -termasuk versi sejenisnya yakni Myobloc – sekaligus memberi peringatan bahwa obat tersebut dapat menyebabkan kematian. Kelompok Public Citizen dari AS juga melaporkan setidaknya ada 180 laporan  dikirim kepada Food and Drug Administration (FDA) mengenai penggunaan Botox dan Myobloc, yang digunakan pada pengobatan kekakuan leher.

Dalam laporan tersebut, botox dapat menimbulkan kematian selain juga gangguan pelemahan pada otot dan kesulitan menelan. Kelompok itu pun meminta pencantuman label peringatan “risiko kematian” pada seluruh botol kemasan botox.  Badan Obat Eropa (European Medicines Agency) yang berbasis di London pada Agustus 2007 mencatat ada 600 kasus efek samping yang buruk akibat perawatan kecantikan yang kian marak digunakan di seluruh dunia ini. Pada 28 kasus, ditemukan adanya korban jiwa.

Di Jerman, the Federal Institute for Medication and Medical Product (semacam badan pengawas obat) menerima 210 laporan kasus yang diduga terkait dengan suntik botox. Lima kasus di antaranya mematikan.The US Food and Drug Administration (FDA) bulan Februari 2008 lalu juga mengingatkan, penggunaan suntik anti kerut ini memiliki dampak yang fatal, yakni kematian. Demikian dilaporkan media di Jerman, Deutsche Welle.

Melihat, bahaya yang ditimbulkan oleh suntik botox ini, ada baiknya Anda menghindarinya atau berpikir-pikir lagi di saat mau melakukan proses penyuntikan di dalam tubuh atau wajah Anda. Anda cerdas jika dapat mengetahui sesuatu yang lebih besar banyanya daripada manfaatnya kemudian menghindarinya.