Botox adalah nama dagang dari Botullinum Toxin A yaitu protein murni yang diekstraksi dari bakteri Clostridium Botullinum. Proses pemurnian protein dari bakteri ini sama dengan proses pemurnian protein pada obat antibiotika lainnya. Botox lebih tepat dikatakan obat, bukan kosmetik. Penggunaan botox untuk tujuan pengobatan disetujui FDA Amerika (Food & Drug Administration) pada tahun 1980-an. Saat itu dilaporkan botox terbukti dapat mengatasi kedutan sekitar mata.
5 Efek Samping Penggunaan Botox
Lima Efek Samping Penggunaan Botox
Namun saat mempelajari dampaknya pada tikus yang menderita epilepsi, mereka menemukan bukti mengenai toksin pada kedua sisi otak hewan itu, sekalipun mereka hanya telah menyuntiknya di satu sisi. Dengan menggunakan dosis yang sesuai dengan yang disarankan pada manusia, para peneliti kemudian menyuntikkan “botulinum” ke dalam mata, dagu, dan otak pada tikus normal. Mereka melacak toksin itu –SNAP-25 yang tergantung– untuk melihat di mana dan bagaimana zat tersebut bergerak melewati sistem saraf.
Dalam kasus “botulinum” jenis A, jenis yang digunakan pada Botox, mereka mendapati bahwa rongsokan di sepanjang saraf berasal dari tempat suntikan dan di saraf yang berdekatan. Toksin itu bahkan mencapai bagian pangkal otak. Satu bagian penting toksin itu aktif di tempat yang bukan diperuntukkan baginya. Percobaan itu adalah yang pertama yang memperlihatkan bahwa “botulinum” bergerak.
Namun beberapa ahli menyanggah larena Botox telah digunakan selama lebih dari 25 tahun dengan sangat sedikit komplikasi, kecuali Anda kelebihan dosis. Ia menambahkan bahwa kemampuan toksin itu untuk menyebar mungkin memiliki sisi positif, sehingga memungkinkan dokter mengobati penyakit yang berpusat di otak seperti epilepsi.
Jika Anda alergi terhadap salah satu bahan injeksi Botox, maka efek samping yang paling umum adalah reaksi alergi. Hal ini dapat ditandai dengan gatal, mengi, asma, ruam, bekas merah, dan pusing. Dianjurkan berkonsultasi sesegera mungkin jika Anda memiliki masalah pernapasan atau perasaan pusing.
Botox berasal dari bakteri Clostridium Botullinum. Suntikan terus-menerus dalam jangka panjang dapat mengakibatkan penumpukan bakteri Clostridium Botullinum di bawah lapisan kulit.
Botox juga digunakan dalam pengobatan kandung kemih terlalu aktif, yang menyebabkan dorongan buang air kecil tak terkendali karena kontraksi otot-otot kandung kemih. Suntikan Botox dapat membantu mengendurkan otot-otot, tetapi juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih.
Di Inggris sendiri, tercatat sekitar 55.000 suntikan botox diberikan kepada para pasien dengan berbagai keperluan termasuk perawatan wajah supaya terlihat awet muda. Botox sebenarnya berasal dari racun atau bakteria bernama botulinum toxin type A. Sebuah layanan perlindungan konsumen kini telah mendesak pemerintah untuk menarik obat kosmetik berbahaya tersebut -termasuk versi sejenisnya yakni Myobloc – sekaligus memberi peringatan bahwa obat tersebut dapat menyebabkan kematian. Kelompok Public Citizen dari AS juga melaporkan setidaknya ada 180 laporan dikirim kepada Food and Drug Administration (FDA) mengenai penggunaan Botox dan Myobloc, yang digunakan pada pengobatan kekakuan leher.
Dalam laporan tersebut, botox dapat menimbulkan kematian selain juga gangguan pelemahan pada otot dan kesulitan menelan. Kelompok itu pun meminta pencantuman label peringatan “risiko kematian” pada seluruh botol kemasan botox. Badan Obat Eropa (European Medicines Agency) yang berbasis di London pada Agustus 2007 mencatat ada 600 kasus efek samping yang buruk akibat perawatan kecantikan yang kian marak digunakan di seluruh dunia ini. Pada 28 kasus, ditemukan adanya korban jiwa.
Di Jerman, the Federal Institute for Medication and Medical Product (semacam badan pengawas obat) menerima 210 laporan kasus yang diduga terkait dengan suntik botox. Lima kasus di antaranya mematikan.The US Food and Drug Administration (FDA) bulan Februari 2008 lalu juga mengingatkan, penggunaan suntik anti kerut ini memiliki dampak yang fatal, yakni kematian. Demikian dilaporkan media di Jerman, Deutsche Welle.