Contoh syair agama merupakan salah satu jenis syair yang paling penting diantara jenis syair yang lainnya.
Setelah anda membaca bentuk contoh contoh syair agama maka anda dapat mengetahui bahwa rangkaian bait syair dengan bait berikutnya merupakan sebuah rangkaian cerita yang bersambung.
Salah satu ciri penting syair yang membedakannya dengan pantun adalah syair memiliki sajak dengan pola a-a-a-a.
Empat Jenis Contoh Syair Agama
1. Syair jenis pertama dari contoh syair agama adalah syair sufi oleh Hamzah Fansuri dan penyair-penyair lain yang sezaman dengannya
2. Syair jenis kedua dari contoh syair agama adalah syair tentang ajaran Islam. Contoh syair ajaran Islam seperti syair sifat dua puluh.
3. Syair jenis ketiga dari contoh syair agama adalah syair anbiyah yaitu syair yang mengisahkan riwayat hidup para nabi, misalnya syair Nabi Allah Ayub, Syair Nabi Allah dengan Firaun, Syair Yusuf, Syair Isa dan lain-lain.
4. Syair jenis keempat dari contoh syair agama adalah syair nasihat, yaitu syair yang bermaksud memberi pengajaran dan nasihat kepada para pendengar atau pembacanya, misalnya syair nasihat, syair nasihat bapak kepada anaknya, syair nasihat laki-laki dan perempuan.
Contoh Contoh Syair Agama
Berikut ini kami berikan contoh contoh syair agama yang bisa anda baca dan pelajari kemudian anda bisa memikirkan apa makna yang terkandung dari syair tersebut.
Contoh Syair Agama: Jenis Sufi
Hamzah Fansuri adalah seorang tokoh intelektual dan kerohanian terkemuka pada zamannya. Karya-karyanya dalam syair umumnya memiliki tema tentang sufi atau tasawuf. Contoh syairnya diantaranya adalah syair perahu, syair burung unggas, syair Fakir Empunya Kata, dan lain-lain.
Pada contoh syair agama di bawah ini, kami sajikan syair burung Unggas karya Hamzah Fansuri.
1. Syair Burung Unggas
Hamzah al-Fansuri
Unggas itu yang amat burhana,
Daimnya nantiasa di dalam astana,
Tempatnya bermain di Bukit Tursina,
Majnun dan Laila adalah disana.
Unggas itu bukannya nuri,
Berbunyi ia syahdu kala hari,
Bermain tamasya pada segala negeri,
Demikianlah murad insan sirri.
Unggas itu bukannya balam,
Nantiasa berbunyi siang dan malam,
Tempatnya bermain pada segala alam,
Disanalah tamasya melihat ragam.
Unggas tahu berkata-kata,
Sarangnya di padang rata,
Tempat bermain pada segala anggota,
Ada yang bersalahan ada yang sekata.
Unggas itu terlalu indah,
Olehnya banyak ragam dan ulah,
Tempatnya bermain di dalam Ka’bah,
Pada Bukit Arafat kesudahan musyahadah.
Unggas itu bukannya meuraka,
Nantiasa bermain di dalam surga,
Kenyataan mukjizat tidur dan jaga,
Itulah wujud meliputi rangka.
Unggas itu terlalu pingai,
Nantiasa main dalam mahligai,
Rupanya elok sempurna bisai,
Menyamarkan diri pada sekalian sagai.
Unggas itu bukannya gagak,
Bunyinya terlalu sangat galak,
Tempatnya tamasya pada sekalian awak,
Itulah wujud menyatakan kehendak.
Unggas itu bukannya bayan,
Nantiasa berbunyi pada sekalian aiyan,
Tempatnya tamasya pada sekalian kawan,
Itulah wujud menyatakan kelakuan.
Unggas itu bukannya burung,
Nantiasa berbunyi di dalam tanglung,
Tempat tamasya pada sekalian lurung,
Itulah wujud menyatakan Tulung.
Unggas itu bukannya Baghdadi,
Nantiasa berbunyi di dalam jawadi,
Tempatnya tamasya pada sekalian fuadi,
Itulah wujud menyatakan ahli.
Unggas itu yang wiruh angkasamu,
Nantiasa asyik tiada kala jemu,
Menjadi dagang lagi ia jamu,
Ialah wujud menyatakan ilmu.
Thairul aryani unggas sulthani,
Bangsanya nurur-Rahmani,
Tasbihatal’lah subhani,
Gila dan mabuk akan Rabbani.
Unggas itu terlalu pingai,
Warnanya terlalu terlalu bisai,
Rumahnya tiada berbidai,
Dudujnya daim di balik tirai.
Putihnya terlalu suci,
Daulahnya itu bernama ruhi,
Milatnya terlalu sufi,
Mushafnya bersurat kufi.
Arasy Allah akan pangkalnya,
Janibul’lah akan tolannya,
Baitul’lah akan sangkarnya,
Menghadap Tuhan dengan sopannya.
Sufinya bukannya kain,
Fi Mekkah daim bermain,
Ilmunya lahir dan batin,
Menyembah Allah terlalu rajin.
Kitab Allah dipersandangkannya,
Ghaibul’lah akan pandangnya,
Alam Lahut akan kandangnya,
Pada ghairah Huwa tempat pandangnya.
Zikrul’lah kiri kanannya,
Fikrul’lah rupa bunyinya,
Syurbah tauhid akan minumnya,
Dalam bertemu dengan Tuhannya.
*
Berikut adalah daftar kata-kata dalam contoh syair Burung Unggas Hamzah Fansuri di atas untuk memudahkan anda memahami maknanya.
Nur al-rahmani = Cahaya Yang Rahman;
Subhani = Maha Terpuji Aku (Bayazid al-Bisthami);
pingai = cemerlang keemasan;
bisai = elok, anggun;
bidai = tirai penutup pintu dari rotan;
da’im = selalu;
ruhi = roh;
milat = aliran agama;
mushhaf = mushaf Al-Quran;
habib Allah = kekasih Allah;
bayt Allah = rumah Allah;
Fi al-Makkah = di negeri Mekah;
`Alam lahut = alam ketuhanan;
da`irah Hu = lingkaran Dia;
syurbat tawhid = minuman tauhid;
sha’im = berpuasa;
qa’im = salat, maksudnya salat tahajjud;
nafi itsbat = meniadakan dan mengiyakan, merujuk pada kalimat La ilaha illa Allah;
`isyqi = cinta ilahi;
Contoh syair agama dari Hamzah Fansuri di atas yang berupa syair burung unggas dapat kita tarik maknanya (amanatnya) bahwa unggas berbeda dengan burung lain. Perbedaan ini sama dengan perbedaan antara satu manusia dengan manusia lain yang memiliki kelebihan masing-masing.
Perbedaan dalam hidup ini akan selalu ada, tetapi tidak boleh menjadikannya sebagai suatu masalah dan ingat bahwa tiap manusia memiliki kelebihan masing-masing.
Pada intinya bahwa makna syair burung unggas oleh Hamzah Fansuri dari sisi tasawuf atau sufi adalah proses penyucian diri menuju kepada Allah.
Proses penyucian diri itu dilakukan dengan memurnikan tauhid, Laa Ilaha Illallah.
2. Syair Nasehat kepada Anak
Raja Ali Haji
Dengarkan tuan ayahanda berperi,
Kepada anakanda muda bestari,
Jika benar kepada diri,
Masihat kebajikan ayahanda beri.
Ayuhai anakanda muda remaja,
Jika anakanda mengerjakan raja,
Hati yang betul hendaklah disahaja,
Serta rajin pada bekerja.
Mengerjakan gubernemen janganlah malas,
Zahir dan batin janganlah culas,
Jernihkan hati hendaklah ikhlas,
Seperti air di dalam gelas.
Jika anakanda menjadi besar,
Tutur dan kata janganlah kasar,
Janganlah seperti orang sasar,
Banyaklah orang menaruh gusar.
Tutur yang manis anakanda tuturkan,
Perangai yang lembut anakanda lakukan,
Hati yang sabar anakanda tetapkan,
Kemaluan orang anakanda fikirkan.
Kesukaan orang anakanda cari,
Supaya hatinya jangan lari,
Masyurlah anakanda dalam negeri,
Sebab kelakuan bijak bestari.
Nasehat ayahanda anakanda fikirkan,
Keliru syaitan anakanda jagakan,
Orang berakal anakanda hampirkan,
Orang jahat anakanda jauhkan.
Setelah orang besar fikir yang karu,
Tidak mengikut pengajaran guru,
Tutur dan kata haru-biru,
Kelakuan seperti anjing pemburu.
Tingkah dan laku tidak kelulu,
Perkataan kasar keluar selalu,
Tidak memikirkan orang empunya malu,
Bencilah orang hilir dan hulu.
Itulah orang akalnya kurang,
Menyangka diri pandai seorang,
Takbur tidak membilan orang,
Dengan manusia selalu berperang.
Anakanda jauhkan kelakukan ini,
Sebab kebencian Tuhan Rahmani,
Jiwa dibawa ke sana sini,
Tiada laku suatu dewani.
Setengah yang kurang akal dan bahasa,
Sangatlah gopoh hendak berjasa,
Syarak dan adat kurang periksa,
Seperti harimau mengejar rusa.
Ke sana ke mari langgar dan rampuh,
Apa yang terkena habislah roboh,
Apa yang berjumpa lantas dipelupuh,
Inilah perbuatan sangat ceroboh.
Patut juga mencari jasa,
Kepada raja yang itu masa,
Tetapi dengan budi dan bahasa,
Supaya negeri ramai temasya.
Apabila perintah lemah dan lembut,
Semua orang suka mengikut,
Serta dengan malu dan takut,
Apa-apa kehendak tidak tersangkut.
Jika mamerintah dengan cemeti,
Ditambah dengan perkataan mesti,
Orang menerimanya sakit hati,
Barangkali datang fikir hendak mati.
Inilah nasehat ayahanda tuan,
Kepada anakanda muda bangsawan,
Nafsu yang jahat anakanda lawan,
Supaya kita jangan tertawan.
Habislah nasehat habislah kalam,
Ayahanda memberi tabik dan salam,
Kepada Orang Masihi dan Islam,
Mana-mana yang ada bekerja di dalam.
*
Syair ini memiliki makna dan pesan moral mengenai nasihat ayah kepada anaknya. Dalam memerintah seorang ayah harus memerintah dengan lemah lembut.
Ayah sebagai pemimpin keluarga selain memimpin juga harus mau mendengarkan orang yang diperintahnya. Sebagai pemimpin, ia harus pandai mengambil hati orang yang dipimpinnya.
Demikianlah contoh syair agama yang bisa kami tuliskan pada artikel ini. Kata syair berasal dari bahasa Arab syuur yang berarti perasaan.
Oleh sebab itu, dalam sebuah syair selalu memberikan nasihat, petuah dan kisah-kisah yang bisa menggerakkan perasaan agar bisa semakin taat kepada Allah SWT.