Arti penting sebuah nasehat adalah untuk memberitahukan dan mengingatkan. Memberitahukan jika ia belum tahu dan paham, dan mengingatkan jika ia sudah tahu namun lupa atau lalai sehingga mampu untuk melaksanakan. Inilah pentingnya nasehat menasehati dalam kebaikan dan kesabaran sebagaimana dalam Al Quran Surah Al Ashr ayat 3.
Dan tentu nasehat pernikahan adalah sesuatu yang sangat berharga untuk selalu dinasehatkan agar kerukunan dalam rumah tangga terjaga, terbangun rumah tangga harmonis, dan tujuan pernikahan yang bahagia di dunia dan bersama di akhirat dalam digapai.
7 Pesan Nasehat Pernikahan
Kita ketahui bahtera rumah tangga memiliki hambatan dan tantangan. Terkadang ada ombak yang menghiasi perjalanan itu. Namun, urungkah niat kita untuk berlayar mengarungi kehidupan rumah tangga itu? Maka nasehat pernikahan bijak mesti menjadi hal yang menguatkan biduk keluarga Islami. Nah berikut nasehat pernikahan Islami dalam mengarungi bahtera rumah tangga.
1. Pasangan Adalah Tanda Kebesaran Allah SWT
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”
Dan diantara ayat-ayat Allah yang menunjukkan kebesaran Allah dan kesempurnaan KuasaNya adalah bahwa Dia menciptakan para istri untuk kalian (wahai kaum laki-laki) dari jenis kalian sendiri, agar jiwa kalian menjadi tenang dan damai kepadanya, dan Dia menjadikan kecintaan dan kasih sayang antara suami dan istri. Sesungguhnya dalam penciptaan Allah terhadap semua itu terkandung petunjuk atas Kuasa Allah dan keesaanNya bagi kaum yang berpikir dan mengambil pelajaran.
Sebelum menikah, gemuruh di dalam dada tidak tahu dimana dilepaskan. Ibarat sebuah perahu tidak tahu dimana ditambatkan.
Maka diciptakan pasangan untuk menenangkan hati. Saat sebelum menikah, seorang pria mudah untuk cemas dan galau, setelah menikah maka akan mudah baginya untuk menemukan ketenangan dari pasangannya. Pun begitu sebaliknya dengan wanita, secara psikis perempuan juga ada kegelisahan di dalam hatinya.
Namun disaat mereka bersama, maka hilanglah sesuatu yang menjanggal di dalam hati itu. Oleh Allah SWT dengan syariat Islam di-halalkan dengan jalan pernikahan. Hal ini dimaksudkan agar cinta itu ditempatkan pada tempat yang baik maka menjadi ibadah kepada Allah SWT.
Lain halnya jika seseorang mencari ketenangan pada seuatu yang dilarang oleh Allah, misalnya mencari kesenangan di diskotik. Maka hal ini bagai mencari pemuas dahaga disaat haus dengan meminum air laut. Bukan kepuasan yang ia rasakan, malah sebaliknya rasa haus yang terus bertambah dan bertambah.
Selain ketenangan, pernikahan juga akan mendatangkan mawaddah dan rahmah.
Asam di gunung, garam di laut bersua juga di belanga. Pernikahan menunjukkan dua makhluk yang berbeda, cara pandang yang berbeda. Maka mereka direkatkan dengan mawaddah dan rahmah.
Mawaddah adalah mencari kelebihan. Dulu sebelum menikah, seorang pria dan wanita mencari kelebihan dari lawan jenisnya. Entah itu yang lebih putih, lebih cantik atau lebih tampan. Inilah maksud dari mawaddah itu, mencari kelebihan dari pasangan.
Kita ketahui bahwa sebelum menikah, semisal dalam tata cara melamar wanita ada anjuran untuk melihat wajah dan tapak tangan wanita sebelum memutuskan untuk menikah. Kalau tapak tangan kasar maka kemungkinan dia budak, maka itu artinya pada awal pernikahan seseorang akan melihat fisik.
Namun selanjutnya, Allah akan karuniakan kepada mereka rahmah. Rahmah itu artinya menutupi kelemahan.
Suami yang baik adalah suami yang menutupi kelemahan. Pernikahan bukan semata tidak memperhatikan fisik. Pada awalnya memang melihat fisik, namun lambat laun seiring bertambahnya usia pernikahan. Bukan lagi ukuran kelebihan fisik yang merekatkan. Namun rahmah (kasih sayang) yang akan berperan untuk menjaga keharmonisan rumah tangga.
3. Menikah, Jangan Semata Memandang karena Fisiknya
Adalah hal yang normal, jika saat pertama melihat seseorang, ia menjadi kagum karena fisik yang dilihatnya. Maka nasehat pernikahan Islam untuk suami salah satunya yang perlu diperhatikan adalah jangan jadikan faktor fisik sebagai patokan utama.
Di dalam hadits disampaikan bahwa hendaknya dipilih wanita karena kebaikan agamanya.
“Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR. Bukhari-Muslim)
Dan dalam hadits yang lain disebutkan lebih spesifik.
”Tidak ada keberuntungan bagi seorang mukmin setelah bertaqwa kepada Alloh kecuali memiliki seorang istri yang sholihah. Yang bila disuruh, menurut dan bila di pandang menyenangkan, dan bila janji menepati, dan bila ditinggal pergi bisa menjaga diri dan harta suaminya.” (HR. Ibnu Majah)
Maka pandanglah wanita dari sesuatu yang tidak membuat pria menjadi bosan. Yakni pandanglah karena kebaikan imannya.
4. Menikah Menyempurnakan Setengah Iman
Sejak setelah akad pernikahan, maka imannya kedua pasangan menjadi lengkap. Iman seseorang dikatakan tak sempurna sebelum menikah. Setakwa-takwanya pemuda tapi belum menikah maka imannya belum lengkap. Maka saling menjaga satu sama lain akan menggenapkan keimanan. Istri menjaga iman suami, pun begitu sebaliknya suami berusaha menjaga dan menyempurnakan iman istrinya.
Hadits baginda Rasulullah Muhammad SAW berikut tentang keutamaan wanita muslimah yang mampu menolong suaminya menyempurnakan agamanya.
“Siapa yang diberi karunia oleh Allah seorang istri yang sholihah, berarti Allah telah menolongnya untuk menyempurnakan setengah agamanya. Karena itu, bertaqwalah kepada Allah setengah sisanya.” (HR. Baihaqi 1916)
Terkait dengan hadits di atas, juga dijelaskan lebih jauh dalam kitab Ihya Ulumiddin karangan Imam Al Ghazali:
“Siapa yang menikah, berarti telah melindungi setengah agamanya. Karena itu bertaqwalah kepada Allah untuk setengah agamanya yang kedua.” Ini merupakan isyarat tentang keutamaan nikah, yaitu dalam rangka mlindungi diri dari penyimpangan, agar terhinndar dari kerusakan. Karena yang merusak agama manusia umumnya adalah kemaluannya dan perutnya. Dengan menikah, maka salah satu telah terpenuhi”. (Ihya Ulumiddin, 2/22)
Di dalam Alquran, manusia diseru untuk selalu tolong menolong dalam kebaikan. Pasangan yang baik adalah pasangan yang berusaha menolong pasangannya untuk menuju kepada kebaikan.
Saling tolong menolong berarti saling menyempurnakan keimanan. Kadang suami atau istri tidak melaksanakan ibadah, bukan alasan karena lupa tapi karena lalai. Maka manusia tempatnya salah dan lupa. Inilah keutamaan pasangan yang baik dalam kondisi seperti ini karena ia akan saling mengingatkan.
5. Wanita adalah Makhluk Diciptakan dari Tulang Rusuk
Kita ketahui bahwa wanita (Hawa) adalah makhluk yang diciptakan Allah dari tulang rusuk suami (Adam). Maka dalam nasehat pernikahan dalam Islam selanjutnya adalah anjuran untuk berbuat baik kepada wanita.
“Berbuat baiklah kepada wanita, karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas.Maka sikapilah para wanita dengan baik.” (HR al-Bukhari Kitab an-Nikah no 5186)
Sahabat, tulang rusuk adalah tulang yang salah satu fungsinya adalah melindungi jantung. Maka istri dihadirkan untuk bisa menjaga suaminya.
Namun, juga harus diketahui bahwa tulang rusuk adalah tulang yang paling bengkok. Bentuknya melengkung. Maka kalau ia dipaksa lurus maka bisa saja akan patah. Celakanya, jika seorang suami mengikuti tulang itu maka akan mudah baginya untuk bengkok.
Maka pandai-pandailah seorang suami agar tulang itu (istri) tidak patah atau bengkok. Seorang suami hendaknya rajin bertanya dan mendengar nasihat dari orang-orang yang telah berhasil melangsungkan pernikahan selama puluhan tahun.
Salah satu contoh perilaku suami yang mengikuti yang bengkok itu adalah berusaha menuruti semua kemauan istri terhadap dunia sehingga ia tidak segan-segan mengambil uang haram hanya gara-gara mengikuti kemauan istri yang bengkok.
Seorang suami harus menjadi pribadi yang lembut untuk membimbing istrinya. Karena istri tang baik agamanya karena bimbingan suaminya akan menjadi pakaian yang baik baginya.
Kita tahu fungsi pakaian adalah menutupi. Maka pakaian yang baik (istri shalihah) akan menutupi menutupi dirinya, menjadi perhiasan (kebanggaan) serta menutupi cacat pasangannya. Sehingga antara dia dan istrinya menjadi nafsil wahida, sediri antara suami dan istri,
6. Menikah adalah Tanggung Jawab yang Besar
Nasehat pernikahan Islam yang juga patut untuk selalu diingat dan direnungi adalah pernikahan adalah sebuah tanggung jawab yang besar.
Tanggung jawab apa itu? Yakni tanggung jawab seorang suami untuk menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam Alquran yang artinya:
“Wahai orang-orang beriman, lindungilah dirimu dan keluargamu dari api neraka” (Qs. At-Tahrim ayat 6).
Menurut Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, makna “jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”, adalah lakukanlah ketaatan kepada Allah dan tinggalkan maksiat serta suruhlah mereka untuk berdzikir kepada Allah.
Jika suami mampu untuk melakukan itu, maka dengannya Allah ingin selamatkan pasangan suami istri dari api neraka.
Jika saat adzan berkumdandang, maka seorang suami harus mengingatkan istri untuk bergegas melaksanakan shalat. Pun begitu saat suami bangun untuk shalat malam, maka ia pun harus membangunkan istrinya untuk beribadah. Karena ini menjadi salah satu jalan untuk mendapat rahmat (kasing sayang) dari Allah.
“Semoga Allah merahmati seorang laki-laki yang bangun di waktu malam lalu shalat dan ia pun membangunkan istrinya lalu sang istri juga shalat. Bila istri tidak mau bangun, ia percikkan air ke wajahnya. Semoga Allah juga merahmati seorang perempuan yang bangun di waktu malam lalu ia shalat dan ia pun membangunkan suaminya. Bila suami enggan untuk bangun, ia pun memercikkan air ke wajahnya.” (HR. An Nasa’i. Hadits senada juga diriwayatkan Abu Dawud dan Tirmidzi)
Sejak setelah akad nikah, maka seorang suami tidak sendiri lagi. Istri menjadi ukuran keimanan suami. Maka seorang suami tidak boleh membiarkan istri dan keluarganya berbuat maksiat. Karena jika membiarkan, maka si suami termasuk dayyuts yang diancam oleh Allah SWT.
“Ada tiga golongan manusia yang tidak akan dilihat oleh Allah (dengan pandangan kasih sayang) pada hari kiamat nanti, yaitu: orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, perempuan yang menyerupai laki-laki, dan ad-dayyuts…” (HR. An-Nasa-i, no. 2562, Ahmad, 2/134)
Contoh perbuatan dayyuts suami adalah membiarkan istrinya membuka aurat di depan umum atau kepada orang yang bukan mahramnya.
Seorang suami juga tidak boleh semena-mena kepada istinya. Ia harus paham akan hak dan kewajiban yang dimilikinya. Suami punya kewajiban maka itu adalah hak istri.
Adapun kewajiban suami diantaranya memenuhi kebutuhan makan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan (bimbingan) dan perhatian.
Maka suami harus berusaha senantiasa mendidik dan membimbing istrinya. Dan jika suami belum punya kesempatan untuk mendidik istrinya, maka antar ke tempat-tempat pengajian, misalnya.
7. Amal yang Tidak Putus: Anak yang Shalih
Nasehat pernikahan selanjutnya yang perlu diingat adalah bahwa pernikahan bertujuan untuk mendapatkan anak keturunan. Buah pernikahan yang sangat berharga bagi kedua orang tua adalah anak yang shalih.
Anak yang shalih merupakan salah satu dari tiga amal yang tidak pernah putus walau orang tersebut telah meninggal dunia. Anak yang shalih-shalihah niscaya akan selalu mendoakan kedua orang tuanya.
Menarik Lainnya: 15 Cara Mendidik Anak Laki-Laki dengan Bijak
Hadits baginda Rasulullah Muhammad SAW tentang tiga amalan yang tidak pernah putus, salah satunya adalah anak shalih yang mendoakan kedua orang tuanya berikut ini:
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
Menikah bukan tujuan, tapi adalah sebuah jalan. Yang diinginkan dan yang menjadi tujuan adalah ridha Allah.
Maka katakan pada pasangan anda, “Sudikan engkau berjalan bersamaku di dunia ini untuk mendapatkan ridha Allah?”
Hal ini karena banyaknya pasangan yang salah kaprah, sehingga memahami bahwa menikah adalah tujuan. Inilah adalah pemahaman yang salah sehingga bisa rentang dengan perpisahan, cerai jika menganggap pernikahan adakah tujuan.
Padahal tujuan sesungguhnya dari pernikahan adalah mendapat ridha Allah dan melahirkan keturunan yang shalih-shalihah.
Baca juga: 8 Butir Nasehat Pernikahan Alm Uje (Ustadz Jefri Al Buchori)
Demikianlah nasehat pernikahan yang kami uraikan dalam 7 poin yakni:
- Pasangan Adalah Tanda Kebesaran Allah SWT
- Pasangan untuk Mendatangkan Sakinah, Mawaddah dan Rahma
- Menikah, Jangan Semata Memandang karena Fisiknya
- Menikah Menyempurnakan Setengah Iman
- Wanita adalah Makhluk Diciptakan dari Tulang Rusuk
- Menikah adalah Tanggung Jawab yang Besar
- Amal yang Tidak Putus: Anak yang Shalih
Semoga bermanfaat bagi kita semua untuk senantiasa saling mengingatkan satu sama lain.